Wednesday, July 02, 2008

Kontemplasi Hening (2)

Aku bertumbuh dalam dekap mesra bunda
dalam bijaksana ayah membentuk sikap
dan kemandirianku
ditambah cinta keduanya yang menghidupiku
hingga detik ini

Aku bertumbuh dalam hangat canda
kawan dan sahabat yang tak henti
menyemangati kelelahanku mendefinisikan
banyak arti hidup yang belum aku benar-benar pahami

Aku bertumbuh dalam kecup mesra kekasih
yang harum nafasnya dan bulir keringatnya
serta degup jantungnya
menggerakkan saraf-saraf cinta dalam otak
dan tubuhku

Aku bertumbuh dalam pertengkaran-pertengkaran kecil
kakak dan adikku
Teriakan nakal yang sebenarnya tidak pernah
ingin mereka keluarkan
hanya sebagai tanda keakraban yang menghangatkan

Aku bertumbuh dalam asih dan asuh guru
tempat jasa pahlawan
tidak pernah dengan sengaja terpatri
tempat logika dan nalarku terasah
tempat aku mengerti betapa ilmu penting
untuk hidupku

Aku bertumbuh dalam udara pekerjaan
dimana kesibukkan hampir menghabiskan
sebagian hari...
dan
gerbong-gerbong kereta yang kotor,
bis kota yang tumpah ruah di jalan raya
Udara abu-abu yang terus mengepul
seperti pak tua menghembuskan asap dari cerutunya
ditambah intrik dan politik para pembesar
yang hiruk pikuk diperdengarkann
tempat lelah dan letih bersenyawa
tempat kata-kata eksistensi dan profesionalitas
didengungkan beribu orang

Aku bertumbuh di negara korup
yang sulit sekali dijelaskan dengan kata-kata
tempat petani tidak pernah bisa akrab
dengan ladang dan buahnya meski setiap hari
telah ia setubuhi
di negara agraris yang sedang bermimpi
menjadi negara industri
buruh berdesakkan dalam ruang sempit
yang mereka namakan rumah

Aku masih bertumbuh di sini
penuh dengan rasa takut, kalut dan ngeri
tetapi dengan cinta yang telah ayah dan bundaku selimuti.
dengan teriakan persaudaraan, dengan canda dan hangat sahabat,
dengan bibir merah kekasih, dengan udara panas dan berdebu
jakartaku
dengan negara korupku

Aku masih bertumbuh di sini
dengan senyum, tawa dan kehangatan yang aku coba sebarkan
yang sekarang sangat terasa mahal sekali ditemukan

Aku masih bertumbuh dengan cinta
dan membaginya untuk Ayah, Bunda, persaudaraan, sahabat,
birokrasi kantorku negara korupku...
Untuk orang-orang yang masih bertumbuh sepertiku

Maka Tuhan berikanlah banyak lagi cinta
untuk menjelajahi lebih banyak lagi hati yang hampir kosong
biarkan aku menyentuhnya, menyentuh batin terdalam
orang-orang yang tersakiti dan mencoba membahagiakannya
sehingga dalam pertumbuhanku, ada sesuatu yang lebih besar maknanya
untuk hari dan hidupku...

Ku tahu Kau berikan anugerah untukku...
karena itu, aku masih bertumbuh di sini

Kontemplasi Hening (1)

memang benar ketika hening
kita bisa mengukur waktu
ketika hening
hanya kerjernihan yang nampak jelas
di mata hati

Hari ini hening, bening
aku bertutur kepada Sang Hidup
karena sudah banyak waktu yang ia beri
terbuang percuma

Aku mengukur waktu

Hari ini hening, bening
aku serahkan segala bentuk
keegoisanku kepada alam
yang ternyata tidak pernah berjarak
meski cuma sejengkal
lalu bayang jernih itu
mengembang di pelupuk mata

Tuhan...
untuk semua waktu
yang telah aku buang percuma
kesalahan yang selalu membayang
Maka aku mencoba bertanya;
akankah Kau beri aku waktu lagi
untuk membuatnya tak lagi percuma

untuk beratus lebih ego
yang membesar terus setiap harinya
Maka aku mencoba bertanya;
Masih akankah Kau beri aku simpati dan
kerendahan hati
untuk membaginya kepada semua yang membutuhkan


kepada sahabat, teman, kerinduan dan kepercayaan


Tuhan...
aku masih berjalan-jalan dalam bayang
sungguh sulit bagiku memastikan sesuatu itu nyata
walau sesungguhnya aku tahu benar itu nyata adanya
aku membutakan mata dan mata hati
berharap dan selalu yakin
Kau akan memberi kemurahan untuk mengampuni

Tuhan...
aku masih di sini
terus mencoba mendekat kepadamau
dalam perlindungan dan kasihmu

Terimakasih untuk selalu menjagaku
sampai detik usiaku
Kau masih di sini
Tidak akan melepaskanku
walau aku cuma seonggok daging yang
kerdil, kotor dan sombong...