Wednesday, November 01, 2006

...

ah, cinta
tandusnya punggungmu.
tak tertinggalkah puisi di lubang-lubang jalan?
detak berganti detik.
di langit menggantung freon menjajar matahari.
maka hilang hangat di dada,
hilanglah nama.
kurindu menyandar di batang tubuhmu,
sebelum hijau daun hati berganti beton emas berlapis.
cinta, kubuka kasut di batas suci

-------------------------------------------------------

maaf,
bukan inginku menjadi tandus.
Bukan inginku untuk tidak meninggalkan puisi
di lubang-lubang jalan.
juga bukan hanya dingin yang ingin kuhantar kepadamu
yang jauh dari gapaian.
sungguh, jika ku bisa, memberi seluruh cinta yang kau inginkan
sudah ku beri kau utuh, bukan separuh.
aku masih saja ragu
karena waktu seringkali mendesakku dan membuatku
lelah mendefinisikan cinta untukmu...

maafkan aku,
yang masih mencoba kompromi dengan waktu dan hatiku