Monday, October 30, 2006

Maafkan bila menyakiti hati...

Maafkan aku sembunyikan matahari
aku semakin merasa, kita adalah dua gunung es
yang enggan menyapa pada ruang waktu yang sama.
Saat satu membara, yang lain menggoyang tebing esnya;
yang satu terlanjur membunuh gairah,
yang lain menggolak.
Tak ada dada yang terbuka untuk dipeluk.
Cinta menggepakkan sayapnya,
terbang ke bebukitan tropik.
Ada air terjun dan gemuruh hutan memaksa angin
menari di sana...

----------------------------------------------------
maafkan, bila menyakiti hati
hmm...cinta...

Monday, October 09, 2006

10 Oktober, sebuah puisi untuk Mama…


Walau telah kutuliskan
Seratus sajak untukmu
Tak kan pernah mampu
Menandingi cinta terindah
cinta seorang wanita
Yang sungguh kuhormati selalu
Ialah, Bunda…
Tempat pelabuhan baktiku
Yang kudirikan dalam setiap
Pancang dermaga
Persinggahan waktuku

Sekarang
Wajahmu terlihat begitu menua
Penuh gurat-gurat kelelahan
Karena begitu setia menjaga dan merayu
Waktu
Agar selalu bersahabat denganku

Keriput di jemari dan bulir-bulir otot
Di lenganmu
Menjadi saksi,
Bahwa kau tidak pernah sekejap saja
Melepaskan genggaman cintamu
Menyentuh dan mengangkat beban
hati
Juga menyelimuti hariku yang begitu dingin

Bibirmu kini mengering dan menghitam
Karena tak henti mengalirkan doa untukku,
Setiap pagi, siang dan malam masih ingin singgah
Selama berpuluh-puluh tahun usiaku.

Bunda,
Kaulah segala kasih termurni
Pancaran cahaya bumi
Dan aliran mata air terbening
Yang Tuhan ciptakan

Sungguh kau,
Adalah cinta yang selalu akan termaknai


-----------------------------------------------------------------------------------------------

Apa yang bisa aku sampaikan kepadamu, Ma…
Ketika usiamu sekarang bertambah satu, 52 tahun…
Di setiap 10 Oktober, aku kehabisan kata-kata untukmu, Ma…
Gak pernah mampu aku mencari kata terindah di setiap ulang tahun Mama…
Yang terbayang hanya sebuah pikir, apakah aku bisa seperti Mama ketika aku nantinya
dianugerahi keluarga penerus akar-akar hidupku di kemudian hari?
Seperti kasih yang Mama bagi, seperti ketabahan yang Mama tunjukkan, seperti hujan yang tiba-tiba mengguyur hatiku yang kering…

Setelah Aku sebegini besar, aku baru merasakan betapa Mama benar-benar seorang yang begitu aku hormati.
Kasih sayang Mama, seperti lautan Teduh (meminjam istilah Papa, di sebuah puisinya untuk Mama)
Berlimpah, seperti air laut, tetapi sangat meneduhkan

Aku akan selalu mencari Mama, ketika Aku habis dimakan beban.
Maka Mama akan berkata: “kembalikanlah kepada Tuhan…karena Ia adalah kemutlakan yang harus kau percaya”

Indah, Ma…
Walau Mama bukan seorang intelektual yang patut aku banggakan dengan karya ciptanya untuk bangsa.
Tapi Mama, mencoba menciptakan cinta di rumah munggil kita…cinta yang menghidupi diriku hingga kini.
Indah, setiap aku dengar lirih doa Mama, ketika Mama membangunkan aku, menemaniku mengambil air wudhu di malam itu. Lalu Mama membuka alkitab Mama, menungguku sambil membaca doa. Indah dengan toleransi yang Mama selalu ajarkan kepadaku.

Lalu ketika Papa pergi untuk selamanya, Mama hanya tunjukkan ketabahan yang luar biasa besar…walau sebenarnya masalah semakin deras menghampiri kita. Sampai detik ini, Mama gak pernah mengeluh apapun, hanya senyum yang Mama tunjukkan, hanya hangat yang Mama berikan…

Aku akan selalu menjaga Mama, seperti janji yang aku ucapkan di depan pusara Papa…menjaga Mama, seperti Papa pernah menjaga Mama.
Mungkin hanya itu Ma, janjiku di 10 Oktober ini…
Semoga Tuhan selalu melimpahkan Rahmat dan segala kebeningan di hati Mama.
Semoga Tuhan membuat Mama mengalirkan terus rasa cinta, kepadaku, kepada keluarga dan kepada orang lain yang mama kasihi.
Semoga Tuhan menuntun Mama dengan kesehatan.
Dan terutama, semoga, ada kebahagiaan yang berarti yang akan Mama dapatkan dari seorang anak seperti diriku…

Selamat Ulang Tahun, Mama…
I’m proud to be ur daughter, love u..